Selasa, 15 Desember 2009

Mburu Uceng Kelangan Deleg

Urip kuwi sejatine yo mung sadermo ngelakoni. Bungahing ati ora biso dikiro-kiro, semono ugo tekane susah yo ora biso dikiro-kiro. Dadi sejatine, titah kuwi yo koyo wayang sing diobahake karo dalang. Dalang sing sejatine dalang ora ono maneh kejaba gusti Allah kang akarya jagad. Hidup itu sesungguhnya ya hanya sakdermo menjalankan, senangnya hati tidak bisa diduga begitu pula datangnya kesusahan juga tidak bisa di duga. Jadi sesungguhnya perjalanan hidup itu seperti wayang yang dimainkan oleh dalang. Dalang yang sesungguhnya dalang yaitu Allah yang menciptakan alam semesta. Allah SWT yang wajib kita sembah, yang telah menurunkan firmannya (Alqur'an) kepada Nabi Muhammad SAW. Alqur'an yang terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat berisikan perintah, larangan dan cerita. Perintahnya kita jalankan sepol kemampuan kita, larangannya kita jauhi sejauh-jauhnya, ceritanya kita percayai.

Namun demikian dalam kehidupan kita sehari-hari kadang-kadang kita masih sering melalaikan kewajiban ibadah. Contohnya sholat, ketika suara adzan sudah berkumandang kita masih asik bekerja. Anak-anak masih asik main bola, yang hobi nonton bola larut dalam menontonnya, ibu-ibu yang senang dengan sinetron tidak mau ketinggalan alur ceritannya, remaja yang sedang mendengarkan musik larut dalam kesenangannya. Begitulah iblis menggoda anak turun adam sehingga dia lalai dalam beribadah kepada Allah. Dikelilingi surga dengan sesuatu yaang membencikan, sebaliknya di kelilingi neraka dengan sesuatu yang menyenangkan. Saya jadi teringat dengan ucapan seorang ustadz, namanya ustadz Abdul Syukur, dalam kesempatan memberikan pemangkulan Alqur'an dia sering memberikan nasehat kepada kita "jangan sampai kita mburu uceng kelangan deleg". kalau tidak salah arti sanepa itu artinya memburu atau mengejar Uceng (sumbu) tetapi kehilangan pokok lampunya atau kata lain Mengejar hal-hal yang sekunder tetapi justru kehilangan yang primer.Bisa juga diterjemahkan dengan meninggalkan kewajiban yang lebih pokok ya sama saja dapat ucengnya tetapi kehilangan delegnya.

Begitu juga orang mengusahakan kebahagiaan dalam hidup, sering orang kemudian mengejar bagaimana mempunyai harta yang berlimpah, agar hidupnya gampang, enak dan tidak rekoso sampai anak cucunya, tetapi disatu sisi banyak kewajiban yang lebih esensial justru terlewatkan, agama tak terurus,ngajinya tidak tertib, shodaqohnya kelendran, membaca alqur'an 3 ayat dalam satu hari satu malam kelewatan, karena kecapaian sholat subuhnya kesiangan, mendidik dan mendampingi anak tak sempat,anak ngak ngaji, ngak sholat dibiarkan, giliran anak tidak sekolah di marahi habis-habisan, dengan keluarga tidak dekat, hati tidak tentram, ya sama saja dengan dapat uceng tetapi kehilangan delegnya.

Pikirkan sekali lagi apa sebenarnya tujuan kita diciptakan (tidak diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allah), tujuan kehidupan kita (ingin mencari surganya Allah dan terhindar dari nerakanya Allah), rumuskan visi kehidupan kita (menyembah kepada Allah sampai tutuk ajal patinya), misi bagi keluarga kita (menjadi keluarga yang sakinah, mawadah wa rohmah). Lalu munculkan pada strategi kita menjalani hidup untuk mencapai visi kita. Ketika visi itu kuat yakinlah bahwa anda tak akan mudah tergoda untuk menggebu-gebu mengejar uceng tetapi justru kehilangan delegnya.

Semoga artikel ini ada manfaat dan barokahnya. Amin




print this page Print this page

Tidak ada komentar:

Posting Komentar